16 Oktober 2012

Filsafat Umum

BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat merupakan suatu induk ilmu pengetahuan, yang berarti mencari hakikat sesuatu sedalam-dalamnya atau berfikir tentang sesuatu dengan seluas-luasnya sampai berpijak pada kebenaran yang terdalam. Banyak terdapat cabang dalam filsafat, diantaranya ada filsafat islam, filsafat ilmu, filsafat pengetahuan maupun yang lain. Pada makalah ini kami akan mambahas tantang filsafat islam.
Kajian tentang para filosuf dan pemikiran-pemikirannya sangatlah luas. Namun dalam makalah ini kami membahas tentang filsafat islam. Padaa pembahasan ini kami  membahas masalah pegertian filsafat islam, sejarah singkat filsafat islam,  objek filsafat islam, hubungan filsafat islam dengan ilmu lainnya dan beberapa tokoh dalam filsafat islam.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat Islam
Dalam Lisan Al-A’rab, kata falsafat berakar dari kata falsafa, yang memmiliki arti al-hikmah. Sebuah kata yang berasal dari luar bahsa arab. Kata falsafa dipinjam dari bahasa yunani yang sangat terkenal, philosophia, yang berarti kecintaan pada kebenaran (wisdom). Dengan demikian filsafat juga disebut al-hakim (ahli hikmah atau orang bijaksana), dengan bentuk jamak al-hukama.[1] Filsafat Islam adalah hasil pemikiran filsuf tentang ajaran ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis.

B.     Sejarah singkat timbulnya Filsafat Islam
Cara pemikiran Filsafat secara teknis muncul pada masa permulaan jayanya Dinasti Abbasiyah. Di bawah pemerintahan Harun al-rasyid, dimulailah penterjemahan buku-buku bahasa Yunani kedalam bahasa Arab. Orang-orang banyak dikirim ke kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip. Awalnya yang dipentingkan adalah pengetahuan tentang kedokteran, tetapi kemudian juga pengetahuan-pengatahuan lain termasuk filsafat. Penterjemahan ini sebagian besar dari karangan Aristoteles, Plato, serta karangan mengenai Neoplatonisme, karangan Galen, serta karangan mengenai ilmu kedokteran lainya, yang juga mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya yang dapat dibaca alim ulama Islam. Tak lama kemudian timbulah para filosof-filosof dan ahli ilmu pengetahuan terutama kedokteran di kalam umat Islam.
Penamaan filsafat Arab tidak berarti pemikiran filsafat itu hasil karya suatu ras atau suatu bangsa. Islam bukan hanya aqidah atau keyakinan semata-mata melainkan juga peradaban dan sikap peradaban mencakup segi-segi kehidupan moral, material, pemikiran dan perasaan. Jadi Filsafat Islam ialah segala studi filsafat yang dilukis di dalam dunia Islam, baik penulisnya orang Muslim, Nasrani ataupun Yahudi.
Sebenarnya perbedaan istilah tersebut hanya perbedaan nama saja, sebab bagaimana pun hidup dan suburnya pemikiran tersebut (filsafat) adalah di bawah naungan Islam dan kebanyakan karyanya ditulis dalam bahasa Arab.
Kalau yang dimaksud dengan ‘ Filsafat Arab ‘ ialah bahwa filsafat tersebut adalah hasil umat Arab semata-mata tidak benar, sebab kenyataan menunjukan bahwa Islam telah mempersatukan berbagai umat dan kesemuanya telah ikut serta dalam memberikan sumbangannya dalam filsafat tersebut. Sedangkan kalau yang dimaksud dengan Filsafat Islam ialah bahwa tersebut adalah hasil pemikiran kaum Muslimin semata-mata juga berlawanan dengan sejarah, karena mereka pertama-tama berguru pada aliran Nestorius dan Jacobitas dari golongan Masehi, Yahudi dan penganut agama Sabi’ah, dan kegiatan mereka dalam berilmu dan berfilsafat selalu berhubungan dengan orang-orang Masehi dan Yahudi yang ada pada masanya.
Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum Muslimin lebih tepat disebut ‘Filsafat Islam‘, pengingat bahwa Islam bukan saja sekedar agama, tetapi juga kebudayaan. Pemikiran filsafat sudah barang tentu terpengaruh oleh kebudayaan Islam tersebut, meskipun pemikiran tersebut adalah Islam baik tentang problema-problemanya, motif pembinaannya maupun tujuannya, karena Islam telah memadu dan menampung aneka kebudayaan serta pemikiran dalam satu kesatuan.[2]
C.     Objek Filsafat Islam
Objek filsafat islam dalam tema besar adalah Tuhan, alamm, manusia, dan kebudayaan yang bersumber kepada Al-Quran, Al-Hadits, dan akal. Dalam versi ahli ushul fiqh filsafat dibagi dalam dua rumusan, yaitu :
1.      Falsafah tasyri. Filsafat yang memancarkan hukum islam atau menguatkannya daan memeliharanya. Fiklsafat ini berrtugas membicarakan hakikat dan tujuan penetapan hukum islam. Filsafat tasyri terbagi pada:
a.       Dasar hukum islam
b.      Prinsip-prinsip hukum islam
c.       Pokok-pokok hukum islam atau sumber-sumber hukum islam
d.      Tujuan-tujuan hukum islam
e.       Kaidah-kaidah hukum islam
2.      Falsafah Syariah. Filsafat yang diungkapkan dari materi-materi hukum islam seperti ibadah, muamalah, jinayah, ‘uubah, dan sebagainya. Filsafat ini bertugas membicarakan hakikat dan rahasia hukum islam. Termasuk dalam pembagian falsafah syariah adalah:
a.       Rahasia-rahasia hukum islam
b.      Ciri-ciri khas hukum islam
c.       Keutamaan-keutamaan hukum islam
d.      Karakteristik hukum islam[3]

D.    Hubungan filsafat Islam
1.       Hubungan filsafat islam dengan filsafat yunani
Ilmu filsafat tidak diketahui orang –orang islam, kecuali setelah masa daulah Abbasiyahpertama (132-232H/750-847 M). ilmu itu ditransfer ke dunia islam melalui penerjemahan dari buku-buku filsafat yunani yang telah tersebar di daerah-daerah laut putih seperti :Iskandariah, Anthakiah, dan Harran. Terlebih pada saat adanya Al-Hikmah sebagai pusat ilmu filsafat. Para cendekiawan pada saat itu berusaha memasukkan filsafat yunani sebagai bagian dari metodologi dalam menjelaskan islam, teritama akidah untuk melihat perlunya persesuaian antara wahyu dan akal. Filsafat sesuai dengan agama sebab tujuan agama pun tidak lain adalah menjamin pengetahuan yang benar bagi umat manusia dan menunjukkan jalan yang benar bagi kehidupan yang praktis.
      Dari uraian tersebut , filsafat islam berkembang setelah umat islam memiliki hubungan interaksi dengan dunia Yunani. Dengan demikian, tampak jelas adanya hubungan yang bersifat akomodatif  bahwa filsafat yunani memberi modal dasar dalam pelurusan berpikir yang ditopang sejatinya oleh Al-Quran sejak dulu. Secara teologis dapat dikatakan bahwa sumber Al-Quran secara Azali telah ada maka filsafat Yunani hanya sebagai pembuka, sementara bahan-bahannya sudah ada di dalam Al-Quran sebagai desain besar Allah SWT. Pemikiran islam tidak bersumber dari filsafat Yunani. Akan tetapi, persoalan yang muncul adalah orisinalitas filsafat islam, apakah ia mengekor atau pelopor. [4]
2.       Filsafat Islam dengan Ilmu Tasawuf
Tasawuf sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara dan bagaimana seorang muslim berada dekat, sedekat mungkin dengan Allah. Tasawuf terbagi dua, yaitu Tasawuf Amali dan Tasawuf Falsafi. Dari pengelompokan tersebut tergambar adanya unsur-unsur kefilsafatan dalam ajaran tasawuf, seperti penggunaan logika dalam menjelaskan maqamat (al-fana, al-baqa, ittihad, hulul, wahdat al- wujud).
3.       Filsafat Islam dengan Ilmu Kalam (Teologi)
Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu kalam dengan menekankan penggunanaan semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof. Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil naqli yang tampak pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam lingkup Filsafat Islam.
4.       Filsafat Islam dengan Ilmu Fiqh
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur¡¦an yang berkenaan dengan hokum diperlukan ijtihad, yaitu suatu usaha dengan mempergunakan akal dan prinsip kelogisan untuk mengeluarkan ketentuan-ketentuan hukum dari sumbernya. Syaikh Mustafa Abdurrazaq dalam bukunya yang berjudul Tauhid Li Tarikhul Falsafatil Islamiyah (pengantar sejarah Islam) menyatakan, bahwa Ilmu Ushul Fiqh sepenuhnya diciptakan dan diletakkan dasar-dasar oleh Asy-Syafi¡’ie, tentu akan melihat dengan jelas adanya berbagai gejala pemikiran filsafat.[5]



E.     Filsafat Islam
1.      Filsafat Al Kindi
Al Kindi berusaha memadukan antara filsafat dan agama. Filsafat berdasarkan akal pikiran adalah pengetahuan yang benar (knowledge of truth), al Qur¡¦an yang membawa argument-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat. Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang, bahkan berteologi adalah bagian dari filsafat, sedangkan Islam mewajibkan mempelajari Teologi. Bertemunya filsafat dan agama dalam kebenaran deamn kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan akal dan filsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama (the first Truth) bagi Al kindi ialah Tuhan. Keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga hal yaitu :
1.      Ilmu agama merupakan bagaian dari filsafat
2.      Wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan filsafat, saling berkesuaian.
3.      Menuntut ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama.
v  Filsafat Metafisika
Tuhan dalam filsafat al kindi tidak mempunyai hakiakat dalam arti aniah atau mahaniah. Tidak aniah karena kerena Tuhan tidak termasuk dealam benda-benda yang ada dalam alam, bahkan Ia adalah pencipta alam. Ia tidak tersususn dari materi dan bentuk, juga tidak mempunya hakiakat dalam bentuk mahaniah, karena Tuhan bukan merupakan gensus dan species. Tuhan hanya satu, tidak ada yang serupa dengan-Nya. Tuhan adalah unik, Ia semata-mata satu. Hanya Ia lah yang satu dari pada-Nya mengandung arti banyak.
v  Filsafat Jiwa
Menurut Al Kindi, roh itu tidak tersususun, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Substansi roh berasal dari substansi Tuhan. Hubungan roh dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu jiwa bersifat spiritual, Ilahiah, terpisah sdan berbeda dari tubuh. Roh adalah lain dari badan dan mempunyai wujud sendiri. Keadaan badan (jasmanni) mempunyai hawa nafsu dan sifat pemarah (passion). Roh menentang keinginan hawa nafsu dan passion.
2.      Filsafat Al-Farabi
Al Farabi berusaha memadukan beberapa aliran filsafat fal safah al taufiqhiyah atau wahdah ala falsafah yang bebrkembang sebelumnya, terutama pemikiran Plato, Aristoteles, dan Plotinus, juga antara agama dan filsafat. Al farabi berpendapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu adalah satu kesatuan, oleh karena itu para filosof besar harus menyetujui bahwa satu-satunya tujuan adalah mencari kebenaran.
v  Metafisika
Wajib al wujud adalah tidak boleh tidak ada, ada dengan sendirinya, esensi dan wujudnya adalah sama dan satu. Ia adalah wujud yang sempurna selamanya dan tidak didahului oleh tiada.jika wujud ini tidak ada, maka timbul kemustahilan, karena wujud lain untuk adanya tergantung kepadanya. Inilah yang disebut dengan Tuhan. Sedangkan mumkin al wujud adalah sesuatu yang sama antara berwujud dan tidaknya. Mumkin al wujud tidak akan berubah menjadi actual tanpa adanya wuijud yang menguatkan, dan dan yang menguatkan itu bukan dirinya tetapi wajib al wujud.
v  Jiwa
Pendapat al Farabi tentang jiwa dipengaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles, dan Plotinus. Jiwa bersifat rohani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan jiwa, tidak berpindah-pindah dari sutau badan ke badan yang lainnya. Jiwa manusia disebut al nafs al nathiqoh, yang bersal dari alam ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khalaq, berbentuk, berupa, berkadar, dan bergerak. Jiwa dicuiptakan tatkala jasad siap menerimanya.
v  Politik
Pemikiran al Farabi tentang politik yang amat penting ialah tentang politik yang dia tuangkan kedalam dua karyanya, al siyasah al madaniyyah (pemerintahan politik) dan ara¡¦ ala madinah al fadhilah (pendapaf-pendapat tentang Negara utama). Menurut al Farabi yang terpenting dalam Negara adalah pimpanan atau penguasanya, bersama sama bawahannya sebagaimana halnya jantung dan organ tubuh yahng lebih rendah secara berturut-turut.
v  Moral
Al Farabi menekankan empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi bangsa-bangsa dan setiap warga Negara. Yakni :
1)      keutamaan teoritis yaitu prinsip-prinsip pengetahuna yang diperoleh sejak awal tanpa diketahui cara dan asalnya, juga yang diperoleh dengan cara kontemplasi, penelitian,dan melalui belajar dan mengajar.
2)      keutamaan pemikiran yaitu yang memungkinkan orang mengetahui hal-hal yang bermanfaat dalam tujuan.
3)      keutamaan akhlak , bertujuan mencari kebaikan.
4)      keutamaan amaliyah, diperoleh dengan dua cara, yaitu pernyataan-pernyataan yang memuaskan dan merangsang.

3.      Filsafat Ibn Sina
v  Tentang Wujud
Dari Tuhanlah kemajuan yang mesti, mengalir intelegensi pertama sendirian karena hanya dari yang tunggal. Yang mutlak, sesuatu yang dapat mewujud. Tetapi sifat ontelegensi pertama tidak selamanya mutlak satu, karena ia bukan ada dengan sendirinya, ia hanya mungkin dan kemungkinannnya itu diwujudkan oleh Tuhan. Berkat kedua sifat itu, yang sejak saat itu melingkupi seluruh ciptaan di dunia, intelgensi pertama memunculkan dua kewujudan yaitu :
a.       Intelegensi kedua melalui kebaikan ego tertinggi dari adanya aktualitas.
b.      Lingkungan pertama dan tertingi berdasarkan segi terendah adanya, kemungkinan alamiyah. Dua proses pamancaran ini berjalan terus sampai kita mencapai intelegensi kesepuluh yang mengatur dunia ini, yang oleh kebanyakan filosuf muslim disebut sebagai malaikat Jibril. Al Tawfiq (rekonsiliasi) antara Agama dan Filsafat. Sebagaimana Al Farabi, Ibn Sina juga mengusahakan pemanduan antara agama dan filsafat. Menurutnya nabi dan filsof menerima kebenaran dari sumber yang sama.[6]
v  Emanasi
Emanasi Ibn Sina menghasilkan sepuluh akal dan sembilan planet, sembilan akal mengurusi sembilan planet dan akal kesepuluh mengurusi bumi. Berbeda dengan pendahulunya Al Farabi, masing-masing jiwa berfungsi sebagai penggerak satu planet, karena akal (immateri) tidak bisa langsung menggerakan planet yang bersifat materi. Akal pertama adalah malaikat tertinggi dan akal ke sepuluh adalah malaikat Jibril yang bertugas mengatur bumi beserta isinya.
v  Jiwa
Secara garis besar pembahasan Ibn Sina tentang jiwa terbagi sebagai berikut :
a.       Jiwa tumbuh-tumbuhan, mempunya tiga daya : makan, tumbuh , dan berkembang biak.
b.      Jiwa binatang, mempunyai dua daya : gerak (al-mutaharrikat) dan menangkap (al-mudriakt).
c.       Jiwa manusia, mempunyai dua daya : praktis (yang berhubungan dengan badan), teoritis (yang hubungannya dengan hal-hal abstrak)
v  Kenabian
Sejalan dengan teori kenabian dan kemukjizatan, Ibn Sina membagi manusia dalam empat kelompok : mereka yang kecakapan teoritisnya sudah mencapai tingkatan penyempurnaan yang sedemikian rupa sehingga tidak membutuhkan lagi guru sebangsa manusia, sedangkan kecakapan praktisnya telah mencapai suatu puncak yang sedemikian rupa sehingga berkat kecakapan imajinatif mereka yang tajam, mereka mengambil bagian secara langsung pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa masa kini dan akan datang dan kemampun menimbulkan gejala-gejala aneh di dunia. Kemudian ia mempunyai daya kekuatan intuitif, tetapi tidak mempunyai daya imajinatif. Lalu orang yang mengungguli sesamanya hanya dengan ketajaman daya praktis mereka.
v  Tasawuf
Ibnu Sina memulai tasawufnya dengan akal yang dibantu oleh hati. Dengan kebersihan hati dan pancaran akal, lalu akal akan menerima ma
rifat dari akal afal. Mengenai Tuhan dengan manusia, bertempatnya Tuhan dihati manusia tidak diterima oleh Ibn Sina, karena manusia tidak bisa langsung kepada Tuhannya, tetapi melalui perantara untuk menjaga kesucian perhubungan antara manusia dengan Tuhan saja. Karena manusia mendapat sebagian pencaran dari hubungan tersebut. Pancaran dan sinar ini tidak langsung keluar dari Allah, tetapi melalui akal af'al.[7]

4.      Filsafat Al-Ghazali
v  Epistimologi
Pada mulanya ia berangggapan bahwa pengetahuan itu adalah hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indra. Tetapi kemudian ternyata bahwa baginya panca indra juga berdusta. Karena tidak percaya pada panca indra, al Ghazali kemudian meletakan kepercayaannya kepada akal. Alasan lain yang membuat al Ghazali terhadap akal goncang, karena ia melihat bahwa aliran-aliran yang mengunakan akal sebagai sumber pengetahuan, ternyata menghasilkan pandangan-pandangan yang bertentangan, yang sulit diselesaikan dengan akal.
           Lalu al Ghazali mencari ilm al yaqini yang tidak mengandung pertentangan pada dirinya. Tiga bulan kemudian Allah memberikan nur yang disebut juga oleh Al Ghazali sebagai kunci marifat ke dalam hatinya. Dengan demikian bagi Al Ghazali intuisi lebih tinggi dan lebih dipercaya daripada akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini.
v  Metafisika
Lain halnya dengan lapangan metafisika (ketuhanan) al Ghazali memberikan reaksi keras terhadap neo platonisme Islam, menurutnya banyak sekali terdapat kesalahan filsuf, karena mereka tidak teliti seperti halnya dalam lapangan logika dan matematika. Menurut al Ghazali, para pemikir bebas tersebut ingin menanggalkan keyakinan-keyakinan Islam dan mengabaikan dasar-dasar pemuajan ritual dengan menganggapnya sebagai tidak berguna bagi pencapaian intelektual mereka.
Al Ghazali membagi manusia kepada tiga golongan, yaitu :
a.       Kaum awam, yang cara berfikirnya sederhana sekali.
b.      Kaum pilihan, yang akalnya tajam dan berfikirnya secara mendalam.
c.       Kaum penengkar.
v  Moral
Ada tiga teori penting mengenai tujuan mempelajari ahklak, yaitu
:
a.       Mempelajari akhlak sebagai studi murni teoritis.
b.       Mempelajari akhlak sehingga akan meningkatkan sikap dan prilaku sehari-hari.
c.       Karena akhlak merupakan subjek teoritis yang berkenaan dengan usaha menemukan kebenaran tentang hal-hal moral.
Kebahagiaan di surga ada dua tingkat, yang rendah dan yang tinggi. Yang rendah terdiri dari kesengan indrawi seperti makan dan minum, sedangkan yang tertingi ialah berada dekat dengan Allah dan menatap wajah-Nya yang Agung senantiasa.
v  Jiwa
Jiwa berada di alam spiritual, sedangkan jasad di alam materi. Setelah kematian jasad musnah tapi jiwa tetap hidup dan tidak terpengaruh dengan kematian tersebut, kecuali kehilangan wadahnya. Adapun hubungan jiwa dan jasad dari segi pandangan moral adalah setiap jiwa diberi jasad, sehingga dengan bantuannya jiwa bisa mendapatkan bekal hidup kekalnya. Jiwa merupakan inti hakiki manusia dan jasad hanyalah alat baginya untuk utnuk mencari bekal dan kesempurnaan, karena jasad sangat diperlukan oleh jiwa maka ia haus dirawat baik-baik. Menurut al Ghazali setiap perbuatan akal menimbulkan pengaruh pada jiwa, yakni membentuk kualiatas jiwa, asalkan perbuatan itu dilakukan dengan sadar. [8]
5.      Filsafat Ibnu Thufail
v  Filsafat dan Agama
Menurutnya filsafat dan agama adalah selaras, bukan merupakan gambaran dari hakikat yang satu. Yang dimaksud agama disini adalah batin dan syari¡¦at. Ia juga menyadari adanya perbedaan tingkat pemahaman pada manusia. Ia menganggap tidak semua orang dapat mencapai kepada wajib al wujud dengan jalan berfilsafat.
v  Metafisika
Bagi Ibn Thufail, dalil adanya Allah adalah gerak alam. Sesuatu yang bergerak tidak mungkin terjadi sendiri tanpa ada yang penggerak di luar alam, dan berbeda dengan yang digerakkan. Penggerak itu adalah Allah
. Ibn Thufail membagi sifat Allah kepada dua macam :
a.       sifat yang menetapkam wujud zat Allah, seperti ilmu, qudrat dan sifat-sifat ini adalah zat-Nya sendiri.
b.      Sifat yang menfikan hal kebendaan dari zat Allah, sehingga Allah maha suci dari ikatan hal kebendaan.
v  Epistimologi
Ibn Thufail menunjukkan jalan untuk sampai kepada objek pengetahuan yang maha tingi atau Tuhan. Jalan pertama melalui wahyu, dan jalan kedua adalah melalui filsafat. Ma
rifat melalui akal ditempuh dengan jalam keterbukaan, mengamati, meneliti, mancari, mencoba, membandingkan, klasifikasi, generalisasi dan menyimpulkan. Jadi ma’rifah adalah sesuatu yang dilatih mulai dari yang kongkrit berlanjut kepada yang abstrak. Dan khusus menuju global. Seterusnya dilanjutkan dengan perenungan yang terus menerus.
v  Jiwa
Ada tiga kategori jiwa, yaitu :
a.       jiwa fadhilah, yakni kekal dalam kebahagiaan karena menganal Tuhan dan terus mengerahkan perhatian dan renungan kepadanya. kelak jiwa ini akan di tempakan di sorga.
b.      Jiwa fasiqah, yakni jiwa yang kekal dalam kesengsaraan dan tempatnya dineraka. Karena pada mulanya jiwa ini telah menganal Allah, tetapi kemudian melupakannya dengan melakukan berbagai maksiat.
c.       Jiwa jahiliyyah, yakkni jiwa yang musnah karena tidak pernah menganal Allah sama sekali, jiwa ini sama halnya dengan hewan melata.
Ibn Thufail menawarkan tiga jenis amaliyah yang harus diterapkan dalam hidup :
1.      Amaliyah yang menyerupai hewan (amaliyah yang dibutuhkan dan juga dapat menjadi penghalang untuk meningkatkan amaliyah berikutnya yang lebih tinggi).
2.      Amaliyah yang menyerupai benda angkasa, yakni melakukan hubungan baik dengan dibawahnya, dengan dirinya, dengan Tuhannya.
3.      Amaliyah yang menyerupai al wajib al wujud, amaliyah ini akan mampu mengantar kepada kebahagiaan abadi sebagai sarana akhir dari prinsip moral.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa filsafat tidak hanya berkembang di Yunani tetapi juga dalam dunia islam. Pemikiran-pemikiran filsafat kaum muslimin yang sering disebut dengan filsafat islam. Mengingat bahwa islam bukan saja agama, tetapi juga kebudayaan. Pemikiran filsafat sudah tentu terpenngaruh oleh kebudayaan islam tersebut meskipun pemikiran tersebut adalah islam, baik tentang problema-problemanya, motif pembinaannya maupun tujuannya, karena islam telah memadu dan menampung aneka kebudayaan serta pemikiran dalam satu kesatuan. Filsafat islam dapat diartikan sebagai jembatan yang menghubungkan antara falsafah kuno dan falsafah pada abad kebangkitan. Selain itu, menggambarkan bahwa islam bersifat toleran dan lapang dada sehingga falsafah Yunani kuno dapat bernaung dan dipelihara oleh umat islam dengan sebaik-baiknya.











DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Dedi M.Ag. Pengantar Filsafat Islam. 2009. Bandung: CV Pustaka Setia
Soleh, A. Khuduri. Wacana Baru Filsafat Islam. 2004. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Daudy, Ahmad Dr. Segi-segi pemikiran Islam. 1984. Jakarta: Bulan Bintang
Madkour, Ibrahim Dr. Filsafat Islam. 1998. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada


Tidak ada komentar:

Posting Komentar